

Pengalamanku bersama KKMK Arnoldus Bekasi
(Oleh Nicodemus Lobo Ratu, SVD)
“I wish I were there”, itulah komentar seorang teman romo asal Inggris ketika melihat screen computer saya yang memuat foto teman-teman KKMK di Puncak. “Why?” tanya saya secara spontan. “They are young... I wish we had many of them here”. Apa yang dikatakan teman romo ini, saya kira sangat benar. Setelah beberapa bulan bekerja di paroki kota di Bristol, Inggris, saya merasa “kehilangan” teman-teman muda. Saya sungguh bersyukur selama beberapa saat di tahun 2004 membantu di paroki Arnoldus Bekasi, saya diberkati dengan kesempatan untuk mengenal secara dekat teman-teman KKMK Arnoldus Bekasi.
Three in One: doa, amal, dan rekreasi
Perkenalan saya dengan teman-teman KKMK bermula dari perayaan Valentine di Nisita, Puncak. Waktu itu saya sungguh terkesima dengan aktifitas yang dibuat. Disitulah saya mengenal teman-teman KKMK yang berdoa dan berefleksi bersama, berbuat amal (memberi sumbangan kepada anak yatim piatu), dan rekreasi & melakukan kegiatan outdoors (jalan-jalan di kebun teh). Bentuk aktifitas “three in one” ini sangat menarik hati saya. Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang sangat sulit digiatkan dikalangan kaum muda di paroki tempat saya bekerja sekarang. Kesulitan yang kami alami adalah tidak banyaknya anak muda yang terlibat dalam kegiatan menggereja dan yang ada pun seperti kata teman pastor saya, “probably they are mad or depressed”. Kebanyakan yang saya temui adalah anak muda yang sangat saleh tetapi fanatik dan sangat “anti” dunia. Mereka mempraktekan kemurungan dalam hidup menggereja dan dalam hidup mereka sehari-hari. Bagi mereka, kecerian dan kegembiraan hanyalah milik Tuhan dan mereka sendiri hidup dalam tapa dan matiraga yang berlebihan. Mereka sangat tertutup dan tidak terbuka pada kehidupan sosial di sekitar mereka.
Bak-Sos dan Bakti-Gereja
Hal ini tentu berbeda dengan teman-teman KKMK. Saya kagum dengan semangat dan kesediaan teman-teman KKMK untuk secara suka rela turut ambil bagian dalam kegiatan bakti sosial berupa pembagian pakaian bekas dan pelayanan kesehatan gratis (kerjasama dengan SSP) di perumahan Tridaya-Tambun, Bekasi. Kesedian banyak teman menyumbangkan tenaga dan waktu seperti ini, mengingatkan masa-masa indah saya ketika berada di Irlandia dimana banyak anak muda disana yang secara suka rela menyediakan waktu dan tenaga untuk menjadi “volunteer” (tenaga suka rela) dari berbagai organisasi sosial yang ada. Yang berbeda dengan teman-teman KKMK adalah dalam hal “bakti-gereja”. Kalau di Irlandia, banyak anak muda yang lebih memfokuskan diri pada kegiatan sosial di luar gereja, maka teman-teman KKMK selalu bekerja dalam konteks gereja dan dalam kerangka pewartaan berita gembira. Banyak juga dari teman-teman KKMK yang terlibat secara nyata dalam kegiatan gereja lokal seperti berpatisipasi dalam koor dan kegiatan liturgis gereja. Hal seperti ini tidak mudah ditemui di Irlandia dan Inggris.
Leadership & Pelayanan
Mungkin salah satu hal yang menyebabkan kurangnya partisipasi anak muda ditempat saya bekerja adalah kesalahan masa lalu dimana kurangnya regenerasi diantara kaum muda. Di paroki saya di Bristol, kami tidak memiliki banyak anak muda. Ada kelompok orang muda yang disebut Youth2000, tetapi kelompok ini sejak terbentuk beberapa tahun lalu sampai sekarang, ketuanya tetap orang yang sama. Hal ini tentu berbeda dengan pengalaman saya bersama teman-teman KKMK di Arnoldus Bekasi. Sistem regenerasinya berjalan dengan sangat baik. Seorang dosen di bidang Leadership mengatakan kepada kami waktu kuliah di All Hallows College (Dublin-Irlandia) beberapa tahun lalu bahwa salah satu kriteria yang dipakai untuk menunjukkan apakah suatu organisasi itu berkembang secara sehat adalah apakah sistem regenerasi dalam organisasi itu berjalan dengan baik.
(Oleh Nicodemus Lobo Ratu, SVD)
“I wish I were there”, itulah komentar seorang teman romo asal Inggris ketika melihat screen computer saya yang memuat foto teman-teman KKMK di Puncak. “Why?” tanya saya secara spontan. “They are young... I wish we had many of them here”. Apa yang dikatakan teman romo ini, saya kira sangat benar. Setelah beberapa bulan bekerja di paroki kota di Bristol, Inggris, saya merasa “kehilangan” teman-teman muda. Saya sungguh bersyukur selama beberapa saat di tahun 2004 membantu di paroki Arnoldus Bekasi, saya diberkati dengan kesempatan untuk mengenal secara dekat teman-teman KKMK Arnoldus Bekasi.
Three in One: doa, amal, dan rekreasi
Perkenalan saya dengan teman-teman KKMK bermula dari perayaan Valentine di Nisita, Puncak. Waktu itu saya sungguh terkesima dengan aktifitas yang dibuat. Disitulah saya mengenal teman-teman KKMK yang berdoa dan berefleksi bersama, berbuat amal (memberi sumbangan kepada anak yatim piatu), dan rekreasi & melakukan kegiatan outdoors (jalan-jalan di kebun teh). Bentuk aktifitas “three in one” ini sangat menarik hati saya. Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang sangat sulit digiatkan dikalangan kaum muda di paroki tempat saya bekerja sekarang. Kesulitan yang kami alami adalah tidak banyaknya anak muda yang terlibat dalam kegiatan menggereja dan yang ada pun seperti kata teman pastor saya, “probably they are mad or depressed”. Kebanyakan yang saya temui adalah anak muda yang sangat saleh tetapi fanatik dan sangat “anti” dunia. Mereka mempraktekan kemurungan dalam hidup menggereja dan dalam hidup mereka sehari-hari. Bagi mereka, kecerian dan kegembiraan hanyalah milik Tuhan dan mereka sendiri hidup dalam tapa dan matiraga yang berlebihan. Mereka sangat tertutup dan tidak terbuka pada kehidupan sosial di sekitar mereka.
Bak-Sos dan Bakti-Gereja
Hal ini tentu berbeda dengan teman-teman KKMK. Saya kagum dengan semangat dan kesediaan teman-teman KKMK untuk secara suka rela turut ambil bagian dalam kegiatan bakti sosial berupa pembagian pakaian bekas dan pelayanan kesehatan gratis (kerjasama dengan SSP) di perumahan Tridaya-Tambun, Bekasi. Kesedian banyak teman menyumbangkan tenaga dan waktu seperti ini, mengingatkan masa-masa indah saya ketika berada di Irlandia dimana banyak anak muda disana yang secara suka rela menyediakan waktu dan tenaga untuk menjadi “volunteer” (tenaga suka rela) dari berbagai organisasi sosial yang ada. Yang berbeda dengan teman-teman KKMK adalah dalam hal “bakti-gereja”. Kalau di Irlandia, banyak anak muda yang lebih memfokuskan diri pada kegiatan sosial di luar gereja, maka teman-teman KKMK selalu bekerja dalam konteks gereja dan dalam kerangka pewartaan berita gembira. Banyak juga dari teman-teman KKMK yang terlibat secara nyata dalam kegiatan gereja lokal seperti berpatisipasi dalam koor dan kegiatan liturgis gereja. Hal seperti ini tidak mudah ditemui di Irlandia dan Inggris.
Leadership & Pelayanan
Mungkin salah satu hal yang menyebabkan kurangnya partisipasi anak muda ditempat saya bekerja adalah kesalahan masa lalu dimana kurangnya regenerasi diantara kaum muda. Di paroki saya di Bristol, kami tidak memiliki banyak anak muda. Ada kelompok orang muda yang disebut Youth2000, tetapi kelompok ini sejak terbentuk beberapa tahun lalu sampai sekarang, ketuanya tetap orang yang sama. Hal ini tentu berbeda dengan pengalaman saya bersama teman-teman KKMK di Arnoldus Bekasi. Sistem regenerasinya berjalan dengan sangat baik. Seorang dosen di bidang Leadership mengatakan kepada kami waktu kuliah di All Hallows College (Dublin-Irlandia) beberapa tahun lalu bahwa salah satu kriteria yang dipakai untuk menunjukkan apakah suatu organisasi itu berkembang secara sehat adalah apakah sistem regenerasi dalam organisasi itu berjalan dengan baik.
Sistem regenerasi bisa berjalan baik di tubuh KKMK Arnoldus Bekasi, salah satunya tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman ketua, pengurus, dan semua anggota bahwa menjadi ketua dan pengurus adalah sebagai bentuk pelayanan. Dalam kerangka pelayanan inilah, ketua dan pengurus mendengarkan perasaan, pikiran, dan ide-ide dari para anggota, membangun kontak yang sehat dengan para anggota, dan bersedia terjun langsung dalam setiap aktifitas yang dibuat bersama. Hal yang cukup menonjol dari ketua dan teman-teman pengurus KKMK waktu itu adalah tidak sungkan-sungkan “mengotorkan tangan”. Ini mengingatkan saya akan direktur sekolah bahasa Inggris saya di Irlandia. Beliau mempunyai tiga sekolah bahasa Inggris tapi penampilannya sangat sederhana dan tidak merasa risih untuk melakukan kegiatan apa saja. Bahkan dalam beberapa kesempatan wisata bersama, beliau turut bekerja di dapur dan menyiapkan makanan, dan sebagainya untuk para students. Hal ini biasanya sangat bertolak belakang dengan budaya kita, karena umumnya di Indonesia, semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin sulit baginya untuk menjalankan hal-hal yang kecil.
Network of Friends
Network of Friends
Menatap ke depan, suka atau tidak, ketua, pengurus dan semua anggota KKMK harus membentuk sebuah “network of friends” (jaringan antar teman). Jaringan ini (entah disadari atau tidak) telah berjalan dengan baik di antara teman-teman KKMK di Arnoldus Bekasi. Yang saya alami secara nyata selama saya beberapa kali mengikuti kegiatan teman-teman KKMK adalah adanya jaringan/ kontak yang terus menerus antara senior-senior (entah yang sudah menikah atau belum, mantan ketua dan pengurus) dengan teman-teman KKMK yang ada sekarang. Jaringan kontak ini juga perlu dikembangkan lebih jauh dengan memperlancar komunikasi dengan kelompok-kelompok lain di luar KKMK (misalnya, SSP). Komunikasi yang teratur (lewat email, websites, yahoogroups,telpon, brosur, dan sebagainya) dan kemampuan menyampaikan informasi secara cepat kepada setiap anggota dapat melahirkan komunitas KKMK yang solid dan terpadu. Juga pertemuan dan kontak yang teratur dengan berbagai kelompok KKMK di tempat lain, entah lewat berbagai kegiatan yang dibuat bersama atau lewat media komunikasi tentu akan mempersolid KKMK. KKMK Arnoldus Bekasi tentu tidak berdiri sendiri tapi merupakan satu kesatuan dengan KKMK dari paroki-paroki lain di Indonesia.
---------------------------------------------------
Akhirnya, harapan saya untuk teman-teman KKMK Arnoldus Bekasi kiranya teman-teman terus mewartakan kegembiraan dan semangat muda, selalu berdoa dan berefleksi, aktif secara sosial, bersedia menjadi pemimpin yang melayani, selalu berwawasan luas, dan selalu belajar dari masa muda demi kemajuan diri, teman-teman, keluarga, dan gereja. Kiranya kata-kata Euripides (484BC – 406BC) dapat meneguhkan kita: “whose neglets learning in his youth, loses the past and is dead for the future”. Selamat merayakan Lustrum yang kedua!
(Bristol- England, 20 Mei 2005)
---------------------------------------------------
Akhirnya, harapan saya untuk teman-teman KKMK Arnoldus Bekasi kiranya teman-teman terus mewartakan kegembiraan dan semangat muda, selalu berdoa dan berefleksi, aktif secara sosial, bersedia menjadi pemimpin yang melayani, selalu berwawasan luas, dan selalu belajar dari masa muda demi kemajuan diri, teman-teman, keluarga, dan gereja. Kiranya kata-kata Euripides (484BC – 406BC) dapat meneguhkan kita: “whose neglets learning in his youth, loses the past and is dead for the future”. Selamat merayakan Lustrum yang kedua!
(Bristol- England, 20 Mei 2005)
1 comment:
Luar Biasa, apa yg mas alami di KKMK di Arnoldus Bekasi. terima kasih atas sharing pengalamannya. Semoga bisa jadi acuan bagi kami penggurus KKMK Manado.
Salam dari kami KKMK Manado.
http://www.kkmkmanado.co.cc/
Post a Comment